Pages

Jumat, 05 September 2014

maavkan aku sahabatku

 
membaca salah seorang sahabat bercerita via bbm tentang saudara yg baru ia kenal 1 bulan. ia menceritakan bagaimana ia bertemu via chat fb dengannya. gadis palestina, luar biasa jauhnya, tapi ukhuwah menyentuh hati hati mereka. sahabatku bercerita bagaimana ia merasakan iman atas buah ukhuwah mereka, indahnya kawan. Dalam hati ku berkata, "aku pun pernah merasakannya, tapi kini..". Kembali sahabat ku bercerita, tentang hari2 bersama nya yang hanya berkomunikasi lewat fb. tp kejadian tak mengenakanpun terjadi, gadis palestina itu tiba - tiba mendelete fb nya, bahkan bukan cuma mendelete, tp juga memblock fb nya, bisakah kau bayangkan sahabat, begitu hancur hati sahabatku itu. Ya Rabb,, haruskah ukhuwah itu di uji? haruskah akhir semua ukhuwah seperti ini?
Flasback, beberapa tahun yang lalu aku mengenalnya, lewat aplikasi chat, menjalin sebuah pertemanan dengannya, bukanlah hal yang sulit bagi kami, seperti kami sudah saling kenal jauh lebih lama, berbicara, bercanda, saling menasehati,, yaa Rabb, aku tak sanggup menuliskan hal hal yang terjadi kepada kami, begitu indah untuk di buang, begitu sayang untuk di kenang,
aku mencintai sahabatku, sa,pai akhirnya ALLAh menguji ukhuwah kami, dan kami pun tak sanggup untuk melaluinya, lalu? ukhuwah kami terputus. yaa,, ukhuwah yg telah di bina sekian tahun pun putus, karna keegoisan kami sendiri, Sahabat, aku tau, dalam menjalani ukhuwah ini tak lah mudah, dalam menjalani setapak ukhuwah ini begitu berat, banyak batu, kerikil yg menemani perjalanan kita, tapi kini semua hilang, kita tak lagi berjalan beriringan. Kita bagaikan seorang musuh satu bagi yang lain, kau teramat asing dimataku. berbicara bagai org lain, Wahai saudaraku, sunggu aku mencintaimu karna ALLAH, aku tak ingin akhir ukhuwah yang kita bina seperti ini, Tapi barangkali,, mungkin ini yang terbaik, buat mu maupun untuk ku..
susah untuk melupakan mu, melupakan kengangan kita bersama,.. semoga Allah senantiasa memberikan kebahagian untukmu saudaraku..
teruntuk saudaraku di kota Solo ... maavkan aku...

Minggu, 23 Oktober 2011

manusia itu unik


Manusia itu unik. Tiap manusia, mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan perasaannya. Tiap manusia pun, mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan perasaannya. Lama mengenal, bukanlah menjadi jaminan.


Jika sekarang aku bertanya, seberapa jauhkah kalian mengenalku, apa yang akan dijawab? Tidak kenal, sedikit kenal, atau menjawab kenal sekali? sungguh, apa yang terlihat di mata masih bisa menipu. Bilangan tahun, bukan menjadi jaminan bahwa seseorang bisa benar-benar saling memahami. Karena untuk memahami, harus ada yang dikorbankan. Mengorbankan hati. atau lebih tepatnya, mengorbankan perasaan. Untuk mengalah ketika ada permasalahan. Untuk bijak menerima kekurangan.

Manusia itu unik. Ada kalanya, ekspresi cinta yang kita keluarkan, tak tersampaikan dengan baik. Mungkin, bagi sebagian orang, malah menyakiti.

Ada sebuah adegan film yang cukup menyentuh, bagiku. Sang laki-laki, setelah sekian tahun tak bertemu, akhirnya bertemu dengan seorang perempuan yang ia sayangi di sebuah restoran. Lewat sebuah janji. Di pertemuan itu, sang laki-laki berkata “kenapa kamu belum menikah? Aku sudah.” Sang perempuan hanya menangis, sedangkan sang laki-laki hanya menatap lurus, sambil terus berceloteh. Dan, akhirnya sang perempuan pun tahu, sang laki-laki kini telah buta.

Adegan berganti. Sang perempuan kini telah menikah. Dengan orang lain. Dan beberapa tahun kemudian, ketika sang perempuan sedang bermain dengan anaknya di sebuah sungai, datanglah beberapa orang menyampaikan pesan. Bahwa sang laki-laki telah meninggal. Bahwa sang laki-laki, menikah tepat setelah sang perempuan menikah. Ya. Benar. Tepat setelah sang perempuan menikah. Sang laki-laki berbohong. Ekspresi cintanya, membuatnya harus berbohong.

Sejujurnya, aku sedikit tak bisa menerima. Apa salahnya sang laki-laki jujur, agar mereka bisa menikah dan hidup bahagia? Tapi, karena ini adalah film, dan aku hanya penonton, terang saja aku harus menerima akhir film yang seperti itu.

Setelah kupikir lagi. Sang perempuan memang merasa sakit, atas kebohongan yang dilakukan padanaya. Tapi, apakah sang laki-laki tidak merasa sakit? Apakah sang laki-laki tidak merasa terluka, melihat sang perempuan menikah dengan orang lain?

Padahal, mungkin hanya beberapa kalimat yang perlu ia katakan, agar ia bisa hidup berbahagia dengan perempuan itu.

Tapi mungkin sang laki-laki sadar. Selain karena cinta tak harus memiliki, bisa juga karena tak selamanya kedekatan itu bisa menyehatkan. Mungkin bagi sang laki-laki, ia merasa takut jika kebutaannya akan merepotkan orang yang dia kasihi. Mungkin ia takut, kekurangan penglihatannya hanya akan membuat, suatu saat, sang perempuan tak sanggup bersamanya, dan mungkin ia malah akan mengutuk ketidakmampuannya melihat.

Karena itulah ia memilih berbohong. Karena ia cinta dengan perempuan itu, juga karena ia cinta dengan dirinya sendiri. ia tak mau menyakiti, pun tak mau tersakiti.

Ada kalanya. Dalam ukhuwah ini, hal seperti itu bisa terjadi. bukan hanya dalam hubungan cinta lawan jenis seperti yang kupaparkan di atas. Karena cinta bersifat universal.

Bisa jadi, ekspresi cinta kita malah menyakiti orang yang kita cinta. Saudara seiman kita. Padahal, mungkin kita merasa telah mengenalnya. Tapi ternyata pilihan ekspresi cinta kita masih salah. maksud hati ingin menyampaikan yang menurut kita baik untuknya. Tapi ternyata dianggap menyakiti. Padahal, tak jarang mungkin apa yang kita sampaikan bisa terucap karena dia meminta pendapat kita.

Bisa jadi juga, kita telah memilih kata-kata yang bijak ketika menyampaikannya. Tapi tetap, hal itu terus dianggap telah menyakiti. Jika seperti ini terus, apa yang harus dilakukan? Yang satu merasa tersakiti, menganggap bahwa dia terus disakiti. Tapi, tahukah, bahwa bisa saja yang mengatakan hal tersebut, yang dianggap telah menyakiti, juga merasa sakit?

Merasa sakit, karena tidak menyangka kata-katanya bisa menyakiti orang lain.

Merasa sakit karena ia selalu dianggap menyakiti.

Padahal, semua itu dilakukan atas nama cinta. Cinta pada ukhuwah ini.

mungkin, kedekatan selama ini telah membuat kedua belah pihak tidak sehat. mungkin, kedekatan selama ini masih menyimpan ego masing-masing.

Saat seperti itu, mungkin menjauh adalah pilihan yang terbaik. Memilih untuk tidak bertemu. Memilih untuk hanya sesekali menyapa.

Menjauh, pada sebuah jarak. Bukan menjauh yang tak peduli, justru menjauh karena peduli. Menjauh karena cinta ini, jika dipaksakan, akan terus menyakitkan dua belah pihak. Menjauh, agar mungkin rindu yang tercipta bisa sedikit melembutkan hati.

"Karena itu, izinkanlah, jika hal ini menimpa kita semua, izinkanlah agar aku menjauh,sampai pada titik yg aman bagi kita berdua. Karena aku cinta, padamu dan diriku sendiri".

Rabu, 30 Juni 2010

kupu - kupu

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu.

Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong
tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita.

Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat “Terbang”.

Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan maha Penyayang.

Kita memohon Kekuatan…
Dan Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.
Kita memohon kebijakan…
Dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan Hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
Kita memohon kemakmuran…
Dan Tuhan memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.
Kita memohon Keteguhan Hati…
Dan Tuhan memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.
Kita memohon Cinta…
Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
Kita Memohon kemurahan/kebaikan hati.
Dan Tuhan memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing Kita.

Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan?
Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.

Tetaplah berjuang…berusaha…dan berserah diri…

Jika itu yang terbaik maka pasti Tuhan akan memberikannya untuk kita

 
Copyright 2009 Fairus Elvira. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase